Persatuan Wartawan Online Meminta Kepada APH Untuk Menindaklanjuti Tindakan Kekerasan Yang Di Lakukan Oknum Keuchik.

Persatuan Wartawan Online Meminta Kepada APH Untuk Menindaklanjuti Tindakan Kekerasan Yang Di Lakukan Oknum Keuchik.

Redaksi
Januari 26, 2025

CYBERKRIMINAL.COM, PROVINSI ACEH - 
Kami memohon kepada Bapak Presiden Prabowo Subianto untuk menilik kelakukan oknum keuchik tersebut yang mana telah mencerdai dan melakukan kekerasan kepada seorang wartawan di pidie jaya, dengan secara UU yang berlaku dan memproses oknum keuchik tersebut. 


Beredarnya beberapa media online Terkait kekerasan yang di lakukan oleh oknum keuchik yang telah mencerdai dan diduga telah melakukan secara kekerasan terhadap wartawan CNN, Ismail  M, Adam alias ( ismed) saya juga dari persatuan Wartawan online mengecam keras terhadap oknum keuchik yang terkesan telah menganiayah yang di lakukan oleh oknum keuchik nisial IS alias BJ, dan saya meminta kepada aparat penegak hukum untuk terus melakukan perbuatan oknum keuchik tersebut untuk di proses secara jalur hukum yang berlaku. 



Pemerhati..." berijiwa kosra  mengutip yang di terbitkan oleh media Bata News yang Terkait tindak kekerasan oleh oknum keuchik..,  ini penjelasan nya. 



Tindakan kekerasan yang dilakukan oknum Keuchik di Kecamatan Ulim, Kabupaten Pidie Jaya, terhadap jurnalis CNN, Ismail M. Adam (Ismed), mendapat kecaman keras dari berbagai pihak. Ismed, wartawan senior yang juga kontributor CNN Indonesia, mengalami penganiayaan fisik dan intimidasi oleh oknum Keuchik berinisial IS alias BJ pada Jumat (24/1/2025).


Peristiwa tersebut bermula ketika Ismed singgah di sebuah kios kopi untuk beristirahat, sebelum didatangi oleh oknum Keuchik yang datang dengan sepeda motor dinas. Tanpa memberi peringatan, Keuchik langsung memukul Ismed yang sempat menghindar, meskipun pukulan tersebut mengenai bahunya. Tindak kekerasan berlanjut dengan Ismed yang ditarik keluar dari kios, dipukul, diinjak, dan ditendang hingga jatuh tersungkur.


Keuchik tersebut kemudian membawa Ismed ke Polindes Cot Seutui untuk bertemu seorang bidan berinisial MT, yang diduga merasa tersinggung oleh pemberitaan Ismed mengenai kondisi Polindes. Di sana, Ismed kembali dipaksa membuat video permintaan maaf sebagai bentuk intimidasi. Tak hanya itu, istri Ismed, Meri Santriani, yang berusaha merekam kejadian tersebut juga mendapat ancaman akan dilemparkan ke sumur tua.


Ismed mengungkapkan bahwa tindakannya sebagai jurnalis hanya bertujuan memberikan laporan terkait kondisi Polindes yang mendapat inspeksi dari Dinas Kesehatan, tanpa maksud untuk menyudutkan pihak manapun.




"Tindakan intimidasi dan kekerasan ini sangat tidak bisa diterima. Wartawan berhak untuk melakukan tugas jurnalistik tanpa ancaman atau kekerasan dari pihak manapun," ujar Ismed.


Tindak kekerasan ini langsung mendapat respons keras dari komunitas jurnalis di Pidie Jaya. Teuku Saifullah, seorang wartawan senior, mengutuk keras perilaku oknum Keuchik yang dinilai arogan dan tidak menghormati kebebasan pers. "Kritik melalui pemberitaan adalah hal wajar dalam demokrasi. Seharusnya pejabat desa melihat kritik sebagai masukan untuk perbaikan, bukan dengan kekerasan," tegasnya.


Langkah hukum telah diambil oleh Ismed dengan melapor ke pihak berwajib, yang diharapkan dapat memberikan efek jera dan menjadi pengingat agar tidak ada lagi intimidasi terhadap jurnalis. Kasus ini menyoroti pentingnya penghormatan terhadap kebebasan pers dan perlunya tindakan tegas dari aparat penegak hukum.


Kekerasan terhadap wartawan adalah pelanggaran serius terhadap hak kebebasan berpendapat dan kebebasan pers, yang harus dihentikan. Semua pihak diharapkan mendukung langkah hukum ini agar kejadian serupa tidak terulang, dan jurnalis dapat bekerja dengan aman di lapangan, sesuai dengan prinsip demokrasi yang harus dihormati oleh semua elemen masyarakat.




Pemerhati..." Menambahkan saya juga menaungi organisasi persatuan Wartawan online.."  ikut perhatian sebagai berjiwa kosra. " sesama profesi sebagai jurnalis yang terjadi oleh senior kita yang telah di aniaya oleh oknum keuchik nisial IS. 



Hendrik kaperwil Aceh